Ramadan #7
Beberapa waktu lalu aku menghadiri sebuah kedukaan. Hujan gerimis menemani proses para tamu silih berganti datang ke rumah duka. Ada banyak sekali orang yang menunggu hingga ke jenazah dimakamkan. Mereka duduk di teras-teras, di kursi-kursi yang disediakan, sembari menghindari gerimis.
Hingga tiba waktu shalat jenazah, ada momen yang membuatku memikirkan tentang hidupku sendiri. Saat aku merapakatkan diri ke barisan shalat, jumlahnya sedikit. Sedikit sekali dibandingkan dengan tamu yang hadir. Sedikit sekali hadirin yang tergerak untuk ikut men-shalatkan. Meski memang hukumnya fardhu kifayah. Aku teringat pada hal ini :
مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا شَفَّعَهُمْ اللَّهُ فِيهِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia, dan disalatkan oleh lebih dari empat puluh orang, dalam kondisi mereka tidak menyekutukan Allah sedikitpun, niscaya Allah akan mengabulkan syafaat (doa) mereka untuknya.” (HR. Muslim no. 948)
Juga :
مَا مِنْ مَيِّتٍ تُصَلِّي عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ لَهُ إِلَّا شُفِّعُوا فِيهِ
“Jenazah yang disalatkan oleh kaum muslimin dengan jumlah melebihi seratus orang, dan semuanya mendoakannya, maka doa mereka untuknya akan dikabulkan.” (HR. Muslim no. 947)
Kayak rasanya sedih ketika di hari kita meninggal, ternyata sedikit orang yang tergerak hatinya untuk ikut menyalati jenazah kita. Memang sebaik-baiknya pengingat adalah kematian.